TANAMONEWS.COM, TANAHDATAR - Museum Istano Basa Pagaruyung merupakan replika dari Istana yang dibakar oleh Belanda di tahun 1804 kemudian pada tahun 1976 Istano Basa Pagaruyung kembali dibangun. Sayangnya, Kebakaran kedua terjadi di tahun 2007 yang disebabkan oleh petir.
Berdasarkan Hasil perundingan Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar beserta tokoh-tokoh ternama lainnya di rantau dan di kampung halaman, Istano Basa Pagaruyung dibangun kembali dan diresmikan pada tahun 2013. Hal tersebut untuk melestarikan nilai-nilai adat, seni dan budaya dan sejarah Minangkabau.
Pada masa Kerajaan Minangkabau Istano Basa Pagaruyung memiliki peran ganda, yakni sebagai rumah tempat tinggal keluarga kerajaan dan juga sebagai pusat pemerintahan. Kerajaan Minangkabau dipimpin oleh seorang raja yang dikenal “Rajo Alam” atau ”Raja Diraja Kerajaan Minangkabau”
Istano Basa Pagaruyung yang dibangun kembali pasca kebakaran tahun 2007, sama persis bentuk bangunannya dengan Istano Basa Pagaruyung sebelum terbakar, hanya saja posisi bangunan ditempatkan mundur kebelakang lebih kurang 40 meter. Begitu juga fasilitas lainnya, antara lain seperti bangunan dan isi interior semuanya dibangun dan diisi sama dengan yang lama.
Bentuk Arsitektur museum Istana basa pagaruyuang terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama merupakan tempat beraktivitas umum harian, Ruang lepas, dan dengan singgasana raja di tengahnya. Di bagian samping ruangan memiliki masing-masing satu kamar di ujungnya, dan di bagian belakang. Kamar-kamar ini merupakan kamar untuk putri raja yang telah menikah.
Lantai kedua merupakan tempat untuk putri raja yang belum menikah, dan lantai paling atas yang biasa disebut dengan anjung peranginan merupakan tempat raja dan permaisuri. Terletak di tengah bangunan, dan tepat di bawah gonjong, sehingga area ini disebut gonjong mahligai.
Setelah di renovasi dan di bangun ulang, Istano Basa Pagaruyung berbentuk unik terutama bila dilihat dari luar. Semua tiang yang berada di istana basa pagaruyung berdiri dengan posisi miring ke kiri dan ke kanan, terkecuali Tonggak Tuo yang berdiri ditengah dan tegak lurus. Konstruksi seperti ini mempunyai nilai-nilai falsafah.
Nilai-nilai filsafah tersebut anatara lain yakni Konstruksi bangunan yang semakin besar ke atas menyimbolkan bahwa Adat dan Budaya Minangkabau terus berkembang seiring dengan kemajuan dan peradaban. Dan konstruksi yang semakin mengecil kebawah mengartikan seolah-olah semua tiang-tiang tersebut bertemu pada suatu titik jauh di dalam perut bumi, konstruksi ini mengartikan keterkaitan satu kesatuan.
Bangunan museum Istano Basa Pagaruyung memiliki atas 3 unsur utama yakni Kerangka Dasar, Unsur Utama, dan Unsur Penunjang. Istano Basa Pagaruyung dengan semua unsur-unsurnya mewakili dan melambangkan kehidupan Adat dan Budaya Minangkabau.Berikut arti dan makna yang ada pada bangunan Istano Basa Pagaruyung.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa setiap unsur bangunan yang terdapat di istana basa pagaruyung memiliki arti dan makna yang begitu dalam. Baik itu makna yang tersirat ataupun tersurat. (Nasriadi)
0 Komentar