TANAHDATAR, TANAMONEWS.COM - Ranah Minangkabau dikenal berasal dari Sumatra Barat, masyarakatnya memiliki tatanan kehidupan yang berdasarkan filsafah, adat basandi syara', syarat basandi kitabullah, yang artinya masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang patuh terhadapa ajaran agama islam.
Ajaran-ajaran adatnya merupakan tuntunan kehidupan di Minangkabau, dan tidak bertentangan dengan ajaran kaidah agama Islam. Memahami ajaran adat dari budaya Minangkabau sejak usia dini atau sekolah dasar merupakan kewajiban setiap masyarakat yang ada di Minangabau.
Salah satu tempat yang biasa digunakan anak-anak minangkabau untuk menuntut ilmu adalah Surau. Pada masa lalu, surau taidak hanya digunakan sebagai tempat sembahyang dan mengaji saja, tetapi juga berfungsi sebagai tempat mempelahari ilmu beladiri silat bagi anak di nagari yang ada di minangkabau. Bahkan banyak lahir generasi muda Minang yang sukses sebagai pemimin bangsa yang dulunya menuntut ilmu melalui surau.
Hal ini bisa kita lihat dari adanya surau yang berdiri disekitar kawasan Museum istana Basa Pagaruyung. Surau ini terletak di sebelah kanan bangunan istana. Dari sini dapat dipahami bahwa sejak zaman kerajaan minangkabau surau sudah menjadi bagian yang sangat penting dlam perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat minang.
Surau Museum Istana Basa Pagaruyung merupakan simbol kesakralan yang mencerminkan sikap religius, sopan santun serta kepatuhan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Bahkan jika diamati perkembangan anak-anak suku Minangkabau ditentukan dari banyaknya waktu yang mereka habiskan setiap hari di Surau.
Pada masa lalu, fungsi Surau Istana selain untuk memperoleh informasi mengenai keagamaan, juga dijadikan tempat untuk membangun sosialisasi sesama anak yang bermukim disekitar Istana. Bahkan sejak berumur 7 tahun, anak laki-laki di Minangkabau telah dibiasakan dengan lingkungan Surau. Termasuk anak dari raja yang sudah dibiasakan untuk tinggal di surau didekat istana.
Jika dilihat struktur bangunan rumah tradisional masyarakat Minangkabau yakni Rumah Gadang memang tidak menyediakan kamar bagi anak laki-lakinya. Bahkan, setelah berumur 7tahun, anak laki-laki di Minangkabau sudah terbiasa hidup di surau . dan hanya pada maktu siang hari mereka bertempat di rumah guna membantu keperluan sehari-hari.
Dan pada waktu malam, mereka menginap di Surau. Selain karena tidak disediakan tempat, mereka juga tidak untuk berkumpul dengan urang sumando (suami dari kakak/adik perempuan) dan akan mendapat cemooh dari masyarakat karena masih tidur dengan ibu. Dalam bahasa yang khas, lalok di bawah katiak mande.
Di Surau Istana Basa Pagaruyung anak laki-laki bukan hanya sekedar menginap atau tidur. Ada banyak kegiatan bermanfaat yang mereka lakukan di Surau tersebut. Seperti mempelajari gerakan silat, memahami adat istiadat, belajar randai, indang yang dilaksanakan bersamaan dengan aktifitas keagamaan seperti belajar shalat, mengaji, tarekat, salawat, barzanji dan lainnya. Karakter pembentukan Islam tradisional sesungguhnya berasal dari aktifitas seperti ini.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi dan peranan Surau yang berada disekitar istana sangat besar bagi perkembangan generasi muda Minang pada masa lalu. Mulai dari tempat menuntut ilmu, berbagi ilmu, dan sebagai tempat menjalin relasi antar sesama anak nagari. Surau menjadi wadah dalam proses perkembangan dari sebuah regenerasi masyarakat Minang, suatu hal yang sulit dicari tandingannya dalam adat manapun di dunia ini.(Nasriadi)
0 Komentar