Tanamonews.com - Raja Bagindo Ali (dikenal di Filipina sebagai Rajah Baguinda Ali) adalah seorang ulama Minangkabau yang memainkan peran krusial dalam sejarah penyebaran Islam di Asia Tenggara, khususnya di Kesultanan Sulu, Filipina Selatan. Ia dikenal sebagai sosok yang melanjutkan tongkat estafet dakwah Islam yang telah dirintis oleh ulama keturunan Arab, Karim ul-Makhdum.
Raja Bagindo tiba di Sulu sekitar tahun 1390 dan melalui kegigihannya, ia berhasil mengislamkan masyarakat Sulu, bahkan hingga ke Pulau Sibutu. Pengaruhnya tidak terbatas hanya di Sulu; ia juga dikenal mengembara ke wilayah lain seperti Brunei, Serawak, dan Sabah, menandakan jangkauan dakwahnya yang luas di kepulauan Nusantara.
Jejak dakwah dan pengaruh Raja Bagindo Ali sangat mendalam bagi terbentuknya institusi politik dan keagamaan di Sulu. Setelah bertahun-tahun berdakwah, ia menetap di wilayah tersebut dan memiliki seorang putri bernama Paramisuli. Sekitar tahun 1450, seorang tokoh keturunan Arab dari Palembang bernama Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr tiba di Sulu dan kemudian menikah dengan Paramisuli, putri Raja Bagindo.
Pernikahan ini menjadi jembatan penting yang memastikan kesinambungan kepemimpinan spiritual dan politik di wilayah tersebut, karena Abu Bakr kemudian meneruskan upaya pengislaman yang telah dilakukan oleh mertuanya. Puncak dari warisan Raja Bagindo Ali terjadi setelah kematiannya, ketika menantunya, Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr, memproklamasikan berdirinya Kesultanan Sulu pada tahun 1457.
Abu Bakr menjadi sultan pertama dengan gelar yang panjang dan penuh makna, yaitu "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr". Gelar ini menggabungkan sebutan lokal dengan pengakuan status keagamaan: "Paduka" berarti tuan, dan "Mahasari" bermakna Yang Dipertuan.
Dengan demikian, Raja Bagindo Ali, seorang ulama Minang, tidak hanya menyebarkan agama, tetapi juga secara tidak langsung menjadi peletak dasar bagi berdirinya salah satu kesultanan Islam tertua dan paling berpengaruh di Filipina, meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang abadi.







0 Komentar