PIMRED : ROBBY OCTORA ROMANZA (WARTAWAN UTAMA)

6/recent/ticker-posts
"SEBAR LUASKAN INFORMASI KEGIATAN DAN PROMOSI USAHA ANDA DISINI"

Muhammad Sulthon Kafilah Sumbar, Hafiz Al-Qur'an dan Tafsir Belajar Qur'an ke Madinah

Padang - Menempuh pendidikan kedokteran yang kelak jadi dokter menjadi impian banyak orang. Namun, bagi Muhammad Sulthon, 23 tahun, impian itu mesti ditinggalkan karena ia lebih memilih berkuliah di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Padahal, jenjang kedokteran telah ditempuh selama dua tahun atau empat semester.

Tanamonews | Muhammad Sulthon kini menjadi peserta lomba Tafsir Bahasa Arab Kafilah Sumatra Barat (Sumbar) pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke XXVIII. Tak hanya seorang hafiz dan fasih berbahasa Arab, Sulthon juga menguasai tafsir.

Kemampuan pemuda kelahiran Padang, 24 Juli 1997, anak tunggal pasangan Bahrun Rusdi dan Rita Yendri Yeni ini sudah terasah sejak lama. Ia telah hafal Al-Quran 30 juz sejak duduk di bangku SMA. Motivasi menghafal Al-Quran sudah ada sejak ia masih TK dan SD di Adzkia Kota Padang.

“Dorongan dan bimbingan dari orang tua hal utama untuk menjadi seorang hafiz,” ungkap Sulthon membagi resep, usai tampil pada cabang Tafsir Bahasa Arab, Rabu (18/11/2020) sebagaimana dirilis situs resmi Kemenag Sumbar.

Selain hafiz, Sulthon juga fasih berbicara dengan logat Arab. “Saat pertama datang ke Madinah juga belum lancar bahasa Arab-nya, tetapi membiasakan diri berinteraksi dengan orang sana,” ungkapnya didampingi ayah dan bundanya.

Sulthon termotivasi mempelajari bahasa Arab karena, kata dia, Al-Quran itu Kalamullah yang harus dipahami dengan baik. Di antara wasilah untuk mempelajari Al-Quran itu, lanjut dia, salah satunya bahasa Arab.

“Nabi adalah orang Arab dan Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Jadi barang siapa yang ingin memahami tafsir dan ilmu-ilmu lain dalam Islam seperti usul dan fiqih maka harus menguasai Bahasa Arab,” terangnya.

Demi kecintaannya kepada Al-Quran mahasiswa yang sedang kuliah di Universitas Islam Madinah Jurusan Syariah ini rela meninggalkan pendidikan kedokteran yang sudah dijalaninya selama empat semester.

Waktu tamat SMA, lanjut Sulthon, di samping daftar sebagai mahasiswa undangan (Kedokteran), dia juga ikut tes beasiswa Universitas Madinah yang waktu itu diadakan di Medan. Menurut panitianya, kata Sulthon, hasil seleksi keluar setelah tes.

“Qodarullah, (hasil tes) bukan setahun tapi dua tahun setelah tes, tepatnya tahun 2017. Sempat ragu juga, kalau satu tahun sih gak apa-apa karena ga terlalu boros umur,” kenang Sulthon.

“Tapi akhirnya ambil cuti dulu, cocok di Madinah atau tidak? Ternyata cocok, dan Alhamdulillah menyenangkan. Akhirnya di Fakultas Kedokteran tidak diperpanjang cutinya dan tetap lanjut di Madinah,” imbuhnya

“Karena ilmu agama memang bekal dunia akhirat, kita juga bisa salat di Masjid Nabawi dan bisa umrah karena bisa ke Makkah. Tapi Fakultas Kedokteran juga bagus,” ulasnya.

Soal banyak generasi muda yang sibuk dengan dunia maya (digital), Sulthon berpendapat dunia digital atau dunia maya itu seperti pisau bermata dua. Kalau dimanfaatkan dengan baik akan menjadi kebaikan. Kalau untuk yang buruk hasilnya juga akan buruk.

“Mari kita manfaatkan dunia digital itu untuk kebaikan-kebaikan. Mendengarkan ceramah misalnya, atau postingan-postingan yang Islami. Kalaupun tidak bisa mengarah ke bahasa Arab minimal hal-hal yang dapat menambah keimanan kita,” imbaunya kepada diri sendiri dan teman-teman sebaya.

Soal prestasi, sejauh ini Sulthon tercatat telah beberapa kali ikut kejuaraan nasional dan international. Ia sudah menjadi Qori Musabaqah sejak 2012 di Pasaman Barat cabang Hifzil Quran 20 juz, dan meraih harapan 1.

Tahun 2014 meraih harapan 1 Hifzhil Quran 30 juz pada MTQ Provinsi di Sawahlunto. Lalu, tahun 2015, harapan 3 Hifzhil Quran 20 juz STQ Nasional di Jakarta. Pada 2016 juara 1 Hifzhil Quran 20 juz, MHQH Kedubes Arab Saudi tingkat nasional.

Selanjutnya, tahun 2017 juara 2 Hifzhil Quran 30 juz, STQ Nasional di Kaltara, 2016 juara 2 Hifzhil Quran 20 juz, MHQH Kedubes Arab Saudi, tingkat Asia Pasifik, wewakili Indonesia. Pada tahun 2018 menjadi peserta Dubai International Holy Quran Award mewakili Indonesia di Dubai, UEA.

Saat tampil pada MTQ Nasional ke XXVIII di Sumatra Barat (Sumbar) ini, Sulthon mengatakan telah berusaha tampil dengan baik.

“Namun ada satu hafalan yang salah baris, tetapi sudah diperbaiki langsung dan itu tidak mengurangi nilai,” ungkapnya optimis.

Hal ini juga diakui pelatihnya, Ustaz Joni alias Uje, di mana penampilan Sulthon sudah maksimal dan ia yakin Sulthon masuk ke babak final. Untuk penilaian tafsir bahasa Arab, Uje mengatakan ada dua penilaian tahfiz dan tafsir. Untuk tahfiz terdiri dari tajwid nilainya 50, fashohah 25 dan tahfiz 25, totalnya 100.

Sementara untuk tafsir, totalnya juga 100, tafsir 50, ta’bir (ketepatan bahasa) 20 dan mufrodat (penguasaan kosa kata) 10, munasabah ayat nilanya 20.

“Alhamdulillah secara keseluruhan Sulthon menjawab semua soal dengan baik dan Bahasa Arabnya juga fasih. Mudah-mudahan lolos ke final,” harapnya. (Hms-Sumbar)

Posting Komentar

0 Komentar

.com/media/




Selamat datang di Portal Berita, Media Online : www.tanamonews.com, atas nama Redaksi mengucapkan Terima kasih telah berkunjung.. tertanda: Owner and Founding : Indra Afriadi Sikumbang, S.H. Tanamo Sutan Sati dan Pemimpin Redaksi : Robby Octora Romanza