Tanamonews.com – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Regional Program Percepatan Penurunan Stunting tahun 2025 di Pangeran Beach Hotel, Padang, Kamis (9/10/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Cegah Stunting Itu Penting”, dihadiri perwakilan kementerian/lembaga pusat serta seluruh pemangku kepentingan daerah.
Dalam sambutannya, Gubernur Mahyeldi menegaskan bahwa stunting merupakan bagian dari Double Burden Malnutrition (DBM) yang tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga menurunkan produktivitas ekonomi jangka panjang. Mahyeldi mengingatkan bahwa anak yang mengalami stunting berisiko mengalami perkembangan otak tidak optimal, yang berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan produktivitas.
“Stunting ini harus menjadi perhatian serius kita bersama karena menyangkut masa depan generasi. Ini bagian dari misi nasional menuju Indonesia Emas 2045 dan misi pertama RPJMD Sumbar 2025–2029, yakni pendidikan merata dan kesehatan berkualitas,” ujar Mahyeldi. Berdasarkan data, prevalensi stunting di Sumbar tahun 2024 tercatat meningkat menjadi 24,9 persen, naik 1,3 persen dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, angka wasting justru menunjukkan perbaikan, menurun dari 9,3 persen di tahun 2023 menjadi 7 persen pada tahun 2024.
Mahyeldi menyampaikan berbagai upaya percepatan penurunan stunting yang telah dilakukan Pemprov Sumbar, seperti pembentukan Nagari Generasi Emas di 60 nagari, kerja sama dengan lima perguruan tinggi dalam KKN Tematik Stunting, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK dan balita bergizi buruk, serta aktivasi kelas ibu hamil.
“Percepatan penurunan stunting dilakukan dengan tiga pendekatan: intervensi gizi, pendekatan multisektor dan multipihak, serta berbasis keluarga berisiko stunting,” jelasnya. Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan dan Pembangunan SDM, Sekretariat Wakil Presiden, Dyah Kusumastuti, menekankan pentingnya inovasi daerah berbasis karakteristik wilayah dalam mengatasi stunting.
Dyah menyampaikan bahwa dalam kurun 11 tahun terakhir, prevalensi stunting nasional menurun sebesar 27,4 persen. Namun, Dyah juga menyoroti stagnasi bahkan peningkatan prevalensi di Sumbar pada tahun terakhir. “Fokus kita ke depan harus pada pencegahan stunting baru, karena pencegahan jauh lebih efektif dibanding penanganan,” tuturnya.
Rapat ini juga dirangkai dengan penandatanganan komitmen percepatan penurunan stunting antara pemerintah pusat, Pemprov Sumbar, serta pemerintah kabupaten/kota se-Sumatera Barat sebagai bentuk keseriusan dalam mencapai target nasional 14,2 persen pada tahun 2029.(adpsb)
0 Komentar