Tanamonews.com - Tidak banyak yang tahu bahwa salah satu Imam Besar Masjidil Haram di Makkah pernah berasal dari Minangkabau. Dari lembah hijau Koto Tuo hingga ke mimbar suci di Tanah Suci — inilah kisah luar biasa Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, putra Ranah Bundo yang mengimami dunia.
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (1860–1915) adalah ulama besar asal Koto Tuo, Agam, Sumatera Barat, yang mencapai puncak kehormatan dengan menjadi Imam dan Khatib utama di Masjidil Haram, Makkah. Jabatan itu bukan hanya simbol keilmuan, tetapi juga pengakuan tertinggi atas keluasan ilmu, akhlak, dan wibawa seorang alim dari Nusantara. Tak banyak yang bisa mencapai kedudukan semulia itu, terlebih bagi seseorang yang berasal dari tanah jauh di kepulauan Indonesia.
Ada dua kisah yang sering diceritakan tentang bagaimana beliau diangkat menjadi Imam Besar. Dalam salah satu riwayat, disebutkan bahwa ayah mertuanya, seorang ulama besar Makkah bernama Syekh Shalih al-Kurdi, memohon kepada penguasa Syarif Makkah agar Ahmad Khatib diberi amanah memimpin jamaah di Masjidil Haram. Dalam versi lain, yang diceritakan oleh Buya Hamka, pengangkatannya bermula dari sebuah kejadian sederhana namun penuh makna.
Saat salat berjamaah yang dipimpin langsung oleh Syarif Makkah, Syarif keliru dalam bacaan, dan Ahmad Khatib yang berada di belakangnya memperbaiki dengan lembut. Selesai salat, Syarif menanyakan siapa yang menegur bacaannya dengan sopan itu, dan sejak saat itu beliau diangkat menjadi Imam Besar. Kedua versi ini sama-sama menunjukkan satu hal: bahwa kedudukan tinggi itu datang bukan karena harta atau kekuasaan, melainkan karena keilmuan dan ketulusan hati. Ahmad Khatib dikenal rendah hati, fasih, dan sangat dalam penguasaan ilmunya.
Setiap khutbahnya di Masjidil Haram disampaikan dengan jelas dan menyentuh hati, hingga para jamaah dari berbagai bangsa menghormatinya. Ia bukan hanya pemimpin salat, tetapi juga pemimpin ruhani bagi banyak orang yang haus akan ilmu dan bimbingan. Menjadi Imam Besar di Masjidil Haram bukan sekadar kehormatan pribadi. Bagi umat Islam di Nusantara, itu adalah bukti bahwa ilmu dan akhlak dari bumi Minangkabau dapat bersinar di pusat dunia Islam.
Dalam diri Syekh Ahmad Khatib, dunia melihat wajah keilmuan Islam Indonesia yang teguh, cerdas, dan berakhlak. Hingga kini, nama beliau tetap menjadi kebanggaan Ranah Minang. Setiap kali azan berkumandang di Masjidil Haram, kita bisa membayangkan bahwa dahulu, dari tempat yang sama, pernah berdiri seorang anak Minangkabau yang memimpin umat dengan ilmu dan keteladanan. Itulah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi — Imam Besar dari Minangkabau yang mengajarkan bahwa kemuliaan datang dari ilmu dan ketulusan.







0 Komentar