PIMRED : ROBBY OCTORA ROMANZA (WARTAWAN UTAMA)

6/recent/ticker-posts
"SEBAR LUASKAN INFORMASI KEGIATAN DAN PROMOSI USAHA ANDA DISINI"

MAULID NABI; MENCINTAI PROSES DAN MENSYUKURI HASIL

“HIDUIK BARAKA, BAUKUA JO BAJANGKO”     Hidup itu harus berakal, berukur dan berjangka Pepatah lama Minangkabau.

Oleh: Nanang Sumanang, guru Sekolah Indonesia Davao 

Disela-sela menunggu giliran mengawas Penilaian Tengah Semester (PTS) Semester I, saya iseng-iseng membuka youtube tentang proses pembuatan ban kendaraan di sebuah pabrik ban Kumho di negara Vietnam. 

Dimulai dari pengambilan ikatan lembaran karet alam di gudang, ditimbang, kemudian dicampur dengan karet sintetis, lalu dicampur lagi dengan bahan kimia dengan ukuran-ukuran yang pas, lalu dimasukan ke dalam sebuah tempat yang besar, dipanasi dengan suhu tertentu dan keluar menjadi lembaran-lembaran karet sebagai bahan ban kendaraan. 

Setelah itu didinginkan dengan air, lalu dikeringkan untuk kemudian dicetak tulisan-tulisan. Kemudian lembaran-lembaran itu ditiup dengan tekanan udara yang cukup besar sehingga menggelembung dan dicetak lagi menurut ukuran dan model yang dikehendaki. Proses itu terus berjalan ke balancing, hingga ke proses packaging dan pendistribusian kepada distributor utama. 

Suatu proses yang sangat panjang untuk melahirkan produk yang baik dan bagus kualitasnya demi kepuasan pelanggannya. Proses ini akan menjadi lebih panjang lagi apabila kita mulainya dari pemilihan benih, pembenihan dan perawatan pohon karet hingga besar dan siap disadap. 

Proses penyadapan ketika sudah bisa dipanen, lalu kemudian getah karet (lateks) itu diproses menjadi gumpalan karet kemudian dengan pengeringan dengan suhu tertentu dibuat lembaran-lembaran karet. Proses pembuatan ban di pabrik Kumho, Vietnam, tersebut sebenarnya sama dengan sunatullaah kehidupan ini.

Semuanya harus melalui proses yang panjang, dirancang dengan akal pikiran yang matang, semuanya terukur, dan memakan waktu yang kadang bisa pendek kadang juga bisa panjang, belum ditambah adanya kegagalan dan perbaikan. Yang jelas bahwa dalam hidup ini ada proses panjang untuk menjadi sesuatu yang baik dan berkualitas. 

Dalam suasana bulan Rabiul Awal ini, bulan ke-3 dari kalender Islam, yang juga merupakan bulan kelahiran nabi besar Muhammad SAW, kiranya juga kita harus merenungkan proses panjang perjuangan nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan dakwah Islam kepada manusia dan seluruh alam. 

Suatu perjuangan yang sangat berat dan panjang, yang penuh dengan duka dan cercaan, baginda Rasulullah SAW terus mencintai proses itu hingga beliau meraih suatu kemenangan yang sangat gilang gemilang, yang dalam waktu yang sangat singkat baginda Rasulullah SAW berhasil menyebarkan dakwah hingga ke seluruh jazirah Arab.

Belum lagi apabila disambungkan dengan para sahabat beliau yang berhasil menaklukan Konstatinopel sebagi ibu kota Romawi Timur. Perbandingan sederhananya adalah dengan perjuangan nabi Musa AS yang seluruh hidupnya mempunyai misi untuk mengembalikan bangsa Israel ke Palestina dari perbudakan bangsa Mesir.

Hingga akhir hayatnya, Musa AS belum bisa mengembalikan bangsa Israel ke Palestina. Benar, bahwa kita tidak bisa seperti nabi Muhammad SAW atau nabi Musa AS yang langsung dibimbing Allah SWT melalui wahyu-wahyu-Nya yang dibawa oleh malaikat Jibril dalam berjuang.

Tapi ujian hidup yang kita hadapi juga tidak sebanding dengan beratnya ujian para nabi Allah SAW. Menariknya, Allah SWT dalam surat al-Ahzab ayat 21 memerintahkan kita untuk menjadikan baginda Rasulullah SAW menjadi suri tauladan bagi kita semua. 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” Artinya memang Allah SWT telah menyiapkan kita untuk bisa mencontoh baginda Rasulullah SAW yaitu dengan meninggalkan ayat-ayat Allah (kitabullah) baik yang tertulis dalam al-Qur’an, maupun yang tersebar luas di alam raya ini. 

Penjabarannya kemudian adalah sunaturrasul yang biasa kita dapatkan dalam catatan-catatan perbuatan, perkataan dan ketepan Rasulullah SAW (al-Hadits). 

Sementara di dalam tubuh kita sendiri, Allah SWT telah menyiapkan segala sesuatunya dengan sempurna yaitu ada spiritual, intelektual, mental dan moral, dimana apabila spiritual kita dijadikan panglima, maka seluruh intelektual, mental dan moral kita pasti akan tertuntun ke jalan ridlo Ilahi. 

Berproses dalam kehidupan sesungguhnya merupakan sunatullah yang tercantum dalam kitabullah juga, baik yang tertulis maupun yang terhampar dalam kehidupan di alam raya ini. “Dan sungguh yang akhir itu lebih baik bagi kamu dari yang permulaan” demikian firman Allah SWT dalam surat adl-Adluha. 

Allah memerintahkan kita untuk selalu optimis dan mencintai semua proses yang terjadi dalam kehidupan, baik itu suka, duka, terangkat maupun jatuh, dicaci, dipuji, disanjung, difitnah dan sebaginya dan seterus-seterusnya, karena disitu ada pembelajaran yang sangat baik, dan sangat dalam dalam membentuk manusia yang lebih baik dan menjadi bertaqwa. 

Dalam bahasa sederhananya kata Allah SWT “Hai manusia, nikmati saja prosesnya dalm berjuang di dalam kehidupan ini, karena nanti pada akhirnya akan terasa nikmat dan indah” Manusia yang tidak menyukai proses perjuangan akan menjadikan manusia yang pesimis, curang, mau ambil jalan pintas, selalu menyalahkan orang lain, dan merasa dirinya selalu teraniaya. 

Bangsa-bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengikuti proses alami untuk menjadi bangsa yang besar. Kerja keras, banyak belajar, melakukan riset dan inovasi, penegakan hukum yang tidak tebang pilih, lebih mementingkan proses yang ditekuni untuk menjadi yang terbaik, bukan dengan cara yang singkat. Bangsa Indonesia yang kini berusia 78 seharusnya sudah bisa menjadi negara maju dan besar.

Karena memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, dan budaya yang sangat beraneka ragam dengan keindahan dan keunikan masing-masing. Sayang, bangsa ini kurang mencintai proses, sehingga inginnya instan dalam segala bidang. 

Ada yang baru masuk 2 hari menjadi kader sebuah partai langsung jadi ketua umum, karena bapaknya seorang yang penting. Ada yang tidak lulus ujian, tapi diluluskan karena ada orang dalam. 

Banyak yang menjadi korban judi online karena ingin cepat kaya, ada juga yang terlibat pinjaman online agar cepat mendapatkan uang, dan akhirnya diburu oleh debt collector. Ada pejabat yang ingin kaya berkongkolikong dengan para pengusaha. 

Undang-undang dan peraturan dibuat oleh penguasa yang mendukung dirinya dan para pengusaha agar cepat modal kembali dan cepat kaya. Belum lagi proyek yang dibuat tanpa perencanaan yang matang dan amdal yang baik, yang penting ada proyek dan mendapatkan komisi. 

Betapa rusaknya bangsa ini apabila tidak mau mencintai proses. Sumber daya alam yang meimpah bukannya mensejahterakan, tapi seperti kutukan bagi bangsa ini. Jabatan yang seharusnya untuk berkhidmat kepada rakyat, malah melukai rakyat dengan berbagai kebijakan. 

Aparat yang menjadi kemudian menjadi musuh rakyat karena diperalat bisa kita saksikan dengan mudah dimana-mana.  Proses berbangsa dan bernegara memang bukan proses yang instan, apalagi bagi negara sebesar Indonesia. Banyak duka yang harus dilalui, banyak tekanan dan terpaan yang dihadapi, tapi yakinlah, dengan memberikan contoh para pemimpinnya mencintai proses, maka rakyatpun akan mencintai proses dalam menjalani kehidupannya. 

Semua harus berjalan on the track dengan kitabullah yang tertulis dan yang tersebar di alam raya ini. Spiritual menjadi kunci penting dalam mencintai proses, jangan jadikan akal menjadi panglima, karena dia bisa mengakali dan melakukan pembenaran dari kesalahan. 

Maulid kali ini, marilah kita jadikan muhasabah bagi kita sebagai anak bangsa untuk selalu mencintai proses yang benar, sehingga kita akan selamat di dunia dan di akherat nanti, Bukankan ini doa yang kita pintakan kepada Allah SWT agar kita selamat di dunia dan di akherat nanti. 

Terakhir, ada pepatah Minang lagi yang berbunyi “Alun dimakan lah taraso” Belum dimakan sudah terasa, bagaimana kita bisa merasakan  kalau belum mengalami proses memakannya. Bagaimana kita bisa kaya kalau belum menjalankan prosesnya. Bagaimana bangsa kita akan maju kalau tidak mencintai prosesnya.

Posting Komentar

0 Komentar

.com/media/




Selamat datang di Portal Berita, Media Online : www.tanamonews.com, atas nama Redaksi mengucapkan Terima kasih telah berkunjung.. tertanda: Owner and Founding : Indra Afriadi Sikumbang, S.H. Tanamo Sutan Sati dan Pemimpin Redaksi : Robby Octora Romanza