Koordinasi dan Sosialisasi Pengendalian Penyakit Jadi Langkah Strategis Menuju Daerah Tangguh Kesehatan
Painan, Tanamonews.com — Kesiapsiagaan menghadapi potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Melalui Dinas Kesehatan, pemerintah daerah menggelar Pertemuan Koordinasi dan Sosialisasi Pengendalian Penyakit dalam Rangka Penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi KLB, Selasa (22/10/2025), di aula Dinas Kesehatan Painan.
Acara ini dibuka langsung oleh Bupati Pesisir Selatan, H. Hendrajoni, dan dihadiri oleh perwakilan Kementerian Kesehatan RI, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan Agustina Rahmadhani, Kepala Balai Karantina Provinsi Sumatera Barat, serta seluruh Kepala Puskesmas se-Kabupaten Pesisir Selatan.
Pertemuan tersebut berlangsung dalam suasana serius namun penuh semangat kolaboratif. Para peserta tampak antusias mengikuti jalannya diskusi yang membahas langkah-langkah strategis dalam menghadapi potensi wabah penyakit di daerah.
Dalam sambutannya, Bupati Hendrajoni menegaskan bahwa kesiapsiagaan kesehatan tidak boleh hanya menjadi formalitas. Ia menekankan pentingnya deteksi dini agar potensi KLB bisa diantisipasi sebelum berkembang menjadi bencana kesehatan masyarakat.
“Kasus Kejadian Luar Biasa harus dideteksi sedini mungkin. Jangan tunggu sampai ada korban baru kita bertindak. Pencegahan harus menjadi budaya di setiap lini layanan kesehatan,” tegasnya.
Hendrajoni meminta seluruh tenaga kesehatan, terutama di lini terdepan seperti puskesmas, pustu, dan bidan desa, untuk memaksimalkan peran mereka dalam memverifikasi data dan mendeteksi gejala-gejala awal penyakit menular.
Menurutnya, kecepatan dan ketepatan laporan dari lapangan sangat menentukan efektivitas langkah pemerintah dalam mengambil kebijakan. “Data yang akurat adalah kunci. Tanpa data yang jelas, kita seperti berjalan dalam gelap,” ujarnya tegas.
Bupati juga mengingatkan bahwa kondisi geografis Pesisir Selatan yang luas dan bervariasi menuntut strategi kesehatan yang fleksibel dan berbasis karakter wilayah.
“Wilayah kita panjang, dari pesisir hingga perbukitan. Tantangannya berbeda-beda. Maka, rencana kontingensi KLB harus disesuaikan dengan kondisi tiap kecamatan,” katanya.
Ia menilai bahwa dengan penyusunan dokumen rencana kontingensi yang matang, pemerintah daerah akan lebih siap dalam menghadapi kemungkinan munculnya penyakit menular yang berpotensi menjadi KLB.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, Agustina Rahmadhani, dalam laporannya menyebutkan bahwa kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya memperkuat sistem respons kesehatan di daerah.
Menurutnya, salah satu penyakit yang selalu mendapat perhatian khusus adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Namun, berkat kerja keras petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat, Pesisir Selatan berhasil mencegah terjadinya KLB DBD dalam dua tahun terakhir.
“DBD ini penyakit yang selalu mengintai, terutama di musim hujan. Tapi karena kita bergerak bersama dengan masyarakat, kasusnya bisa ditekan. Ini bukti bahwa gerakan pencegahan dini sangat efektif,” jelas Agustina.
Namun, ia juga mengingatkan agar keberhasilan itu tidak membuat jajaran kesehatan lengah. Tahun sebelumnya, kata Agustina, Kabupaten Pesisir Selatan sempat menghadapi KLB diare di Kecamatan Sutera.
“KLB diare tahun 2024 menjadi pelajaran besar bagi kita. Waktu itu, lemahnya dokumen kontingensi membuat penanganan agak terlambat. Tahun ini, kita pastikan hal seperti itu tidak terulang,” katanya.
Sebagai tindak lanjut, Dinas Kesehatan kini memperkuat sistem penyusunan dokumen rencana kontingensi KLB yang lebih sistematis, berbasis data, dan melibatkan seluruh unsur kesehatan di lapangan.
Selain sesi pemaparan, kegiatan juga diisi dengan pelatihan teknis penyusunan dokumen kontingensi. Para kepala puskesmas dilatih mengidentifikasi risiko penyakit, memetakan sumber daya kesehatan, serta membuat simulasi respons darurat.
Langkah ini diharapkan dapat melahirkan puskesmas-puskesmas yang tangguh dan siap menghadapi situasi darurat kesehatan di wilayah masing-masing.
“Kami ingin puskesmas tidak hanya melayani pasien, tapi juga berperan aktif dalam sistem peringatan dini dan mitigasi wabah,” ujar Agustina.
Sementara itu, Plt Direktur RSUD M. Zein Painan, dr. Dona Hamrita, menegaskan kesiapan rumah sakit daerah dalam menghadapi potensi peningkatan kasus penyakit menular.
“RSUD M. Zein Painan terus berbenah. Kami memperkuat layanan rawat inap, IGD, serta menyiapkan tim siaga KLB yang siap bergerak kapan pun dibutuhkan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa rumah sakit juga telah menyiapkan stok logistik medis, termasuk cairan infus, antibiotik, dan perlengkapan laboratorium pendukung. Selain itu, pelatihan kesiapsiagaan tenaga medis juga rutin dilakukan.
Diskusi pada pertemuan tersebut berjalan dinamis. Beberapa kepala puskesmas menyampaikan kendala di lapangan, seperti akses transportasi di daerah terpencil dan keterbatasan jaringan pelaporan digital.
Pemerintah daerah berjanji akan menindaklanjuti setiap masukan yang muncul. Hendrajoni menegaskan bahwa pihaknya siap memperkuat dukungan fasilitas kesehatan, terutama di wilayah terpencil yang masih kesulitan dalam distribusi logistik kesehatan.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang koordinasi, tetapi juga momentum refleksi bagi seluruh jajaran kesehatan di Pesisir Selatan untuk memperkuat solidaritas dan komitmen pelayanan kepada masyarakat.
Bupati Hendrajoni menutup kegiatan dengan pesan inspiratif. “Kesehatan masyarakat adalah fondasi pembangunan. Kalau rakyat sehat, daerah kita kuat. Karena itu, deteksi dini dan kerja sama lintas sektor harus terus kita tingkatkan,” ujarnya.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, Kabupaten Pesisir Selatan optimis mampu menghadapi segala bentuk tantangan kesehatan, sekaligus mewujudkan daerah yang tangguh terhadap ancaman wabah. (Bee)









0 Komentar