Tanamonews.com
- Provinsi Sumatera Barat tengah menghadapi tantangan serius dalam upaya
menurunkan angka kemiskinan yang hingga kini masih menjadi persoalan mendasar
pembangunan daerah. Berdasarkan data terakhir, tingkat kemiskinan di Sumatera
Barat tercatat sebesar 5,35 persen atau sekitar 312.350 jiwa,
angka yang masih cukup jauh dari target nasional untuk menekan kemiskinan
hingga 3,39–3,96 persen pada tahun 2030.
Kesenjangan
antara wilayah juga masih tampak mencolok. Kemiskinan di wilayah perdesaan
mencapai 6,79 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah perkotaan
yang hanya 4,16 persen. Kondisi ini mencerminkan adanya ketimpangan akses
terhadap peluang ekonomi, infrastruktur dasar, dan pelayanan publik antara
daerah rural dan urban. Pemerintah daerah menilai bahwa jika tidak dilakukan
inovasi kebijakan yang fundamental, target penurunan angka kemiskinan yang
telah ditetapkan dalam RPJMD maupun sejalan dengan arah pembangunan nasional
akan sulit tercapai.
Permasalahan
utama dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Sumatera Barat selama ini
terletak pada efektivitas penggunaan anggaran dan akurasi data
penerima manfaat. Meskipun berbagai program bantuan sosial telah
digulirkan, dampaknya sering kali belum berkelanjutan. Banyak rumah tangga
miskin yang masih bergantung pada bantuan tanpa memiliki kemandirian ekonomi
yang cukup untuk keluar dari garis kemiskinan. Ketidaktepatan data juga
memperburuk keadaan, karena menyebabkan bantuan tidak selalu sampai kepada
mereka yang benar-benar membutuhkan.
Untuk
menjawab persoalan tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui sebuah proyek
perubahan strategis tengah menggagas terobosan baru yang diberi nama “Strategi
Pengentasan Kemiskinan melalui Penerapan Pendekatan Graduasi”. Pendekatan
ini merupakan transformasi dari pola penanganan kemiskinan tradisional menuju metode
yang lebih terintegrasi, terukur, dan berorientasi pada kemandirian ekonomi
rumah tangga miskin.
Secara
konseptual, Pendekatan Graduasi Kemiskinan menggabungkan intervensi
sosial jangka pendek dengan program pemberdayaan ekonomi jangka panjang.
Melalui metode ini, keluarga penerima manfaat dibimbing secara bertahap dari
kondisi miskin menuju keluarga mandiri dan berdaya saing. Pendekatan ini juga
berfokus pada keseimbangan antara bantuan sosial sebagai stimulus awal dan
penguatan ekonomi produktif sebagai tujuan akhir.
Terobosan
penting dalam proyek ini terletak pada dua hal utama. Pertama,
penambahan penjenjangan graduasi kemiskinan yang semula hanya terdiri
dari dua kategori — miskin dan rentan miskin — menjadi empat tingkatan,
yaitu Miskin, Rentan Miskin, Menuju Menengah, dan Menengah. Pembagian
ini memberikan kejelasan terhadap posisi dan kebutuhan masing-masing rumah
tangga, sehingga intervensi dapat lebih tepat sasaran.
Kedua,
proyek ini memperluas ruang intervensi melalui empat pilar strategis
dengan indikator yang spesifik. Pilar pertama adalah pemenuhan kebutuhan
dasar, yang menjamin akses masyarakat terhadap layanan dasar seperti
pendidikan, kesehatan, pangan, dan perumahan layak. Pilar kedua adalah pembinaan
dan pemberdayaan, yang menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan
keterampilan keluarga penerima manfaat. Pilar ketiga adalah penciptaan
pendapatan, dengan fokus pada dukungan usaha produktif, akses permodalan,
dan pengembangan ekonomi lokal. Pilar keempat adalah peningkatan tabungan
dan investasi, yang diarahkan untuk membangun ketahanan ekonomi keluarga
agar tidak kembali jatuh ke dalam kemiskinan.
Melalui
penerapan empat pilar tersebut, proyek ini diharapkan tidak hanya menekan angka
kemiskinan secara statistik, tetapi juga menciptakan perubahan struktural yang
berkelanjutan. Program bantuan tidak lagi berhenti pada pembagian bantuan tunai
atau sembako, melainkan menjadi sarana menuju kemandirian ekonomi masyarakat.
Dalam
tahap awal implementasinya, proyek perubahan ini akan menghasilkan empat
output utama. Pertama, penyusunan pedoman kriteria dan indikator
graduasi kemiskinan yang akan menjadi dasar identifikasi dan klasifikasi
keluarga penerima manfaat. Kedua, penyusunan rancangan regulasi daerah
untuk memberikan dasar hukum pelaksanaan program. Ketiga, pengembangan sistem
informasi pemantauan dan evaluasi berbasis digital yang terintegrasi dengan
Dashboard Pembangunan Sumbar, melalui aplikasi SILEK (Sistem
Informasi Lepas dari Kemiskinan). Keempat, penyusunan rancangan
perjanjian kerja sama dengan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai daerah
percontohan (pilot project).
Empat
output tersebut disusun untuk menjawab tiga persoalan mendasar dalam
pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat, yaitu belum tercapainya target
penurunan kemiskinan, belum efektifnya penggunaan anggaran, serta masih
lemahnya ketepatan sasaran penerima manfaat. Melalui sistem informasi yang
lebih akurat dan kebijakan yang lebih terarah, diharapkan bantuan sosial maupun
intervensi pemberdayaan dapat menyentuh masyarakat yang benar-benar
membutuhkan, sekaligus memastikan setiap rupiah anggaran digunakan secara
optimal.
Kepala
Bappeda Provinsi Sumatera Barat menyampaikan bahwa pendekatan baru ini bukan
hanya upaya administratif, tetapi juga perubahan paradigma dalam
penanggulangan kemiskinan. Pemerintah daerah tidak lagi sekadar memberikan
bantuan, tetapi berupaya menciptakan sistem yang mendorong masyarakat miskin
untuk naik kelas secara bertahap dan berkelanjutan.
Jika
berhasil diterapkan, Proyek Perubahan Pendekatan Graduasi Kemiskinan ini
diyakini dapat menjadi model nasional bagi daerah lain dalam merumuskan
kebijakan pengentasan kemiskinan berbasis data dan kemandirian. Lebih jauh
lagi, proyek ini akan memperkuat komitmen Sumatera Barat dalam mendukung
pencapaian target pembangunan nasional, khususnya dalam menurunkan angka
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan langkah strategis ini, Sumatera Barat menegaskan bahwa pengentasan kemiskinan bukan sekadar soal menyalurkan bantuan, tetapi tentang bagaimana menyiapkan masyarakat untuk mandiri, produktif, dan berdaya saing. Pendekatan berbasis graduasi diharapkan menjadi babak baru dalam perjalanan pembangunan sosial ekonomi di Ranah Minang — menuju masyarakat yang lebih sejahtera dan berkeadilan.







0 Komentar